Minggu, 15 Januari 2012

Menikmati Dosa, Memanen Derita Diujung Kehidupan

Menikmati Dosa, Memanen Derita Diujung Kehidupan
Parlindungan Marpaung dalam bukunya Setengah Isi Setengah Kosong mengilustrasikan bagaimana seseorang menikmati kesalahan hingga datang kebinasaan. Laksana cara unik orang eskimo berburu srigala, penduduk menyembelih seekor domba kemudian meletakkan darahnya disuatu tempat dan ditempat itu direndamlah ujung-ujung tombak, kemudian tombak-tombak itu ditanam terbalik dengan ujung diatas ditengah padang salju.
Mencium bau darah, serigala-serigala akan datang untuk mencari sumber bau tersebut, tatkala mereka melihat darah yang menyembul ditengah salju mereka akan menjilat ujung tombak yang dilumuri darah tersebut, tak ayal lagi lidah srigala akan sobek dan mengucur darah segar dari lidahnya dan ia makin menikmatinya, disuhu yang dingin ia tidak merasa sakit maka ia melanjutkan jilatan yang kedua ketiga dan semakin sering dia menjilat semakin banyak luka dilidahnya, maka lama-kelamaan dia akan mati lemas karena kehabisan darah.
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al An’am:44)
Senada dengan kematian srigala dalam Setengah Isi Setengah Kosong, terkisahlah seorang mandor bagian lapangan disalahsatu pabrik gula di Mojokerto, menjadi mandor dengan wewenang untuk mengatur waktu penebangan membuat Matsonin (nama samaran) pria usia 40 tahun dengan tiga orang anak benar-benar membuat dia banjir uang, tentu saja bukan gaji resminya yang menyebabkan dia seperti itu, tapi wewenangnya mengatur waktu panen itulah yang membuat banyak petani terpaksa memberi “pelicin” uang suap agar panen tebunya diberi urutan awal.
Mungkin saudara-saudari agak mikir kenapa harus menginginkan dipanen diurutan awal, sebab bila telat memanen kemudian tiba musim penghujan maka biaya panen bertambah karena mobil truk tidak bisa masuk lahan sehingga diperlukan tenaga pengangkut manusia. Apalagi saat musim penghujan tiba maka rendemen tebu (kandungan gula) menurun dan itu artinya pendapatan petani menurun, nah bisa dipahami khan kenapa mereka berebut panen awal.
Uang mengalir setiap hari, dari petani-petani yang masih kepikiran rugi namun terpaksa juga harus memberi uang suap dengan jumlah yang cukup besar, karena semakin besar uang yang diberikan semakin memungkinkan dipanen lebih awal. Berat bagi petani tapi sungguh menyenangkan bagi Matsonin.
Hidup mewah, terpandang, disegani karena uang, gaya hidup berkelas, barang-barang mewah menghiasi rumahnya, dan rumahnya, masyaAllah sekedar menancapkan paku saja kesulitan, kenapa bahan semen-nya sangat banyak. Semua anaknya punya sepeda motor keluaran terbaru, dan apalagi ya.. yang bisa menggambarkan kehidupan mewah ditengah perkampungan? Makanan mungkin, ya.. dialah orang yang setiap belanja yang dibawa pulang paling banyak dan paling mahal. Silahkan gambarkan sendiri lha..
Sekitar sepuluh tahun dari tahun 1995 sampai dengan 2005 model hidup seperti ini terpampang lebar dikehidupannya dan membuat menitik air liur orang seluruh kampung.
Ditengah kehidupannya yang serba enak, ia benar benar lupa diri, tak pernah sholat, puasa apalagi zakat, bahasa kita Islam KTP (Islam Identitas) tanpa melaksanakan sama sekali ajarn Islam, ya satu tahun sekali ikut datang ke lapangan untuk meramaikan idul fitrih. Tiga anaknya tidak ada yang dikenalkan atau dididik agama, tidak tau apa itu TPQ apalagi Masjid, taunya ya gardu, poskamling dan nongkrong-nongkrong pinggir jalan sambil nenteng gitar merasa mirip bintang film terkenal.
Hari berganti waktu berlalu, anak-anaknya tumbuh menjadi anak manja yang tak tau norma, remaja nakal dengan penampilan yang khas gembel barat. Kemudian sebgaimana yang kita tau tidak ada jabatan yang kekal, tak ada pangkat yang abadi sibapak yang lupa diri itupun lalu pensiun, tapi ia masih cukup kaya untuk bisa buka usaha lain, cuman Allah telah berkenan memberlakukan rumusNya sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 266:
“Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.”
Disaat seperti ini ia benar-benar seperti srigala yang sekarat karena terlalu banyak luka dilidahnya akibat jilatan mematikan yang menipu.  Ia membuka usaha jual beli ikan ternyata seluruh rekan bisnisnya berkhianat, ikan-ikan yang ia kirim tak dibayar dan itu terjadi bukan hanya pada satu pelanggan tapi lebih dari tujuh pelanggan, Matsonin kemudian bangkrut, sampai-sampai untuk menutupi utang-utang usahanya ia harus menjual mobil dan dua rumahnya, ya.. rumah yang dibanggakannya selama ini. Api telah meniup kebun harta miliknya hingga tidak ada yang tersisa.
Sedang anak keturunannya tiga-tiganya bermasalah dua anak laki-lakinya (nuwun sewu) menghamili anak orang sedang satu anak perempuannya dihamili orang. Hancur sudah semuanya, tidak ada bekas sama sekali bahwa dia pernah menjadi orang kaya, tak ada sisanya, yang ada tinggallah cerita dan semoga menjadi pelajaran bagi yang lain.
Maka bagi anda yang saat ini sedang jaya tapi dengan men”cemplung”kan (menjeburkan) diri dalam dosa-dosa cepatlah berhenti jangan sampai seperti apa yang terjadi pada Matsonin. Dan bagi saudar-i yang melihat kekayaan orang yang ditumpuk dari jalan sesat dan maksiat jangan tergiur apalagi meniru, diujung kisahnya Allah pasti akan mengazabnya dengan menghabiskan seluruh yang ia banggakan, seperti Qorun ketika kaya banyak orang yang ingin seperti dia, tapi ketika dipendam bersama hartanya semua orang kemudian bersukur tidak jadi seperti Qorun.
“Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya[1139]. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar."
“Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya). “
“Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Al Qashas:79,81,82)
Berusahalah menjadi orang yang berilmu yang bijaksana mensikapi harta, sebagaimana terdapat dalam QS. Al Qashas ayat 80:
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar."
Bersabarlah jangan ikuti jejak Matsonin, yang menikmati dosa dan sengsara diujung kisah. Khoiri, Mojokerto 2012 (0321-6104517)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar