Menikmati Dosa, Memanen Derita Diujung Kehidupan
Parlindungan Marpaung dalam bukunya Setengah Isi
Setengah Kosong mengilustrasikan bagaimana seseorang menikmati kesalahan
hingga datang kebinasaan. Laksana cara unik orang eskimo berburu srigala,
penduduk menyembelih seekor domba kemudian meletakkan darahnya disuatu tempat
dan ditempat itu direndamlah ujung-ujung tombak, kemudian tombak-tombak itu
ditanam terbalik dengan ujung diatas ditengah padang salju.
Mencium bau darah, serigala-serigala akan datang untuk
mencari sumber bau tersebut, tatkala mereka melihat darah yang menyembul
ditengah salju mereka akan menjilat ujung tombak yang dilumuri darah tersebut,
tak ayal lagi lidah srigala akan sobek dan mengucur darah segar dari lidahnya
dan ia makin menikmatinya, disuhu yang dingin ia tidak merasa sakit maka ia
melanjutkan jilatan yang kedua ketiga dan semakin sering dia menjilat semakin
banyak luka dilidahnya, maka lama-kelamaan dia akan mati lemas karena kehabisan
darah.
“Maka tatkala mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan
semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira
dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al
An’am:44)
Senada dengan kematian srigala dalam Setengah Isi
Setengah Kosong, terkisahlah seorang mandor bagian lapangan disalahsatu pabrik
gula di Mojokerto, menjadi mandor dengan wewenang untuk mengatur waktu
penebangan membuat Matsonin (nama samaran) pria usia 40 tahun dengan tiga orang
anak benar-benar membuat dia banjir uang, tentu saja bukan gaji resminya yang
menyebabkan dia seperti itu, tapi wewenangnya mengatur waktu panen itulah yang
membuat banyak petani terpaksa memberi “pelicin” uang suap agar panen tebunya
diberi urutan awal.
Mungkin saudara-saudari agak mikir kenapa harus
menginginkan dipanen diurutan awal, sebab bila telat memanen kemudian tiba
musim penghujan maka biaya panen bertambah karena mobil truk tidak bisa masuk
lahan sehingga diperlukan tenaga pengangkut manusia. Apalagi saat musim
penghujan tiba maka rendemen tebu (kandungan gula) menurun dan itu artinya
pendapatan petani menurun, nah bisa dipahami khan kenapa mereka berebut panen
awal.
Uang mengalir setiap hari, dari petani-petani yang
masih kepikiran rugi namun terpaksa juga harus memberi uang suap dengan jumlah
yang cukup besar, karena semakin besar uang yang diberikan semakin memungkinkan
dipanen lebih awal. Berat bagi petani tapi sungguh menyenangkan bagi Matsonin.
Hidup mewah, terpandang, disegani karena uang, gaya
hidup berkelas, barang-barang mewah menghiasi rumahnya, dan rumahnya,
masyaAllah sekedar menancapkan paku saja kesulitan, kenapa bahan semen-nya
sangat banyak. Semua anaknya punya sepeda motor keluaran terbaru, dan apalagi
ya.. yang bisa menggambarkan kehidupan mewah ditengah perkampungan? Makanan
mungkin, ya.. dialah orang yang setiap belanja yang dibawa pulang paling banyak
dan paling mahal. Silahkan gambarkan sendiri lha..
Sekitar sepuluh tahun dari tahun 1995 sampai dengan
2005 model hidup seperti ini terpampang lebar dikehidupannya dan membuat
menitik air liur orang seluruh kampung.
Ditengah kehidupannya yang serba enak, ia benar benar
lupa diri, tak pernah sholat, puasa apalagi zakat, bahasa kita Islam KTP (Islam
Identitas) tanpa melaksanakan sama sekali ajarn Islam, ya satu tahun sekali
ikut datang ke lapangan untuk meramaikan idul fitrih. Tiga anaknya tidak ada
yang dikenalkan atau dididik agama, tidak tau apa itu TPQ apalagi Masjid, taunya
ya gardu, poskamling dan nongkrong-nongkrong pinggir jalan sambil nenteng gitar
merasa mirip bintang film terkenal.
Hari berganti waktu berlalu, anak-anaknya tumbuh
menjadi anak manja yang tak tau norma, remaja nakal dengan penampilan yang khas
gembel barat. Kemudian sebgaimana yang kita tau tidak ada jabatan yang kekal,
tak ada pangkat yang abadi sibapak yang lupa diri itupun lalu pensiun, tapi ia
masih cukup kaya untuk bisa buka usaha lain, cuman Allah telah berkenan
memberlakukan rumusNya sebagaimana termaktub dalam Al Qur’an Surat Al Baqarah
ayat 266:
“Apakah ada salah seorang di
antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian
datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih
kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu
terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya
kamu memikirkannya.”
Disaat seperti ini ia benar-benar seperti srigala yang
sekarat karena terlalu banyak luka dilidahnya akibat jilatan mematikan yang
menipu. Ia membuka usaha jual beli ikan
ternyata seluruh rekan bisnisnya berkhianat, ikan-ikan yang ia kirim tak
dibayar dan itu terjadi bukan hanya pada satu pelanggan tapi lebih dari tujuh
pelanggan, Matsonin kemudian bangkrut, sampai-sampai untuk menutupi utang-utang
usahanya ia harus menjual mobil dan dua rumahnya, ya.. rumah yang
dibanggakannya selama ini. Api telah meniup kebun harta miliknya hingga tidak
ada yang tersisa.
Sedang anak keturunannya tiga-tiganya bermasalah dua
anak laki-lakinya (nuwun sewu) menghamili anak orang sedang satu anak
perempuannya dihamili orang. Hancur sudah semuanya, tidak ada bekas sama sekali
bahwa dia pernah menjadi orang kaya, tak ada sisanya, yang ada tinggallah cerita
dan semoga menjadi pelajaran bagi yang lain.
Maka bagi anda yang saat ini sedang jaya tapi dengan
men”cemplung”kan (menjeburkan) diri dalam dosa-dosa cepatlah berhenti jangan
sampai seperti apa yang terjadi pada Matsonin. Dan bagi saudar-i yang melihat
kekayaan orang yang ditumpuk dari jalan sesat dan maksiat jangan tergiur
apalagi meniru, diujung kisahnya Allah pasti akan mengazabnya dengan
menghabiskan seluruh yang ia banggakan, seperti Qorun ketika kaya banyak orang
yang ingin seperti dia, tapi ketika dipendam bersama hartanya semua orang
kemudian bersukur tidak jadi seperti Qorun.
“Maka keluarlah Karun kepada
kaumnya dalam kemegahannya[1139]. Berkatalah orang-orang yang menghendaki
kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah
diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan
yang besar."
“Maka Kami benamkanlah Karun
beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang
menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang
dapat) membela (dirinya). “
“Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun
itu, berkata: "Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang
Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak
melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita
(pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat
Allah)." (QS. Al Qashas:79,81,82)
Berusahalah menjadi
orang yang berilmu yang bijaksana mensikapi harta, sebagaimana terdapat dalam
QS. Al Qashas ayat 80:
“Berkatalah orang-orang yang
dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah
lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh
pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar."
Bersabarlah jangan ikuti jejak Matsonin, yang
menikmati dosa dan sengsara diujung kisah. Khoiri, Mojokerto 2012 (0321-6104517)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar