Hidup Tanpa Tujuan Hidup, Dapat Apa?
Masih kelas dua SMA di tahun 1994, aktif mengaji
dimana-mana, dari ngaji dikampung, mushollah, masjid, dari kampung ke kampung
berombongan naik truk bersama teman-teman sebaya yang punya semangat yang sama,
sangat menyenangkan dan bila sekarang memori itu dibuka kembali rindu rasanya
mengulang moment-moment seperti itu. Walaupun kadang diteriaki anggota geng
yang menjamur dikala itu...”woeh sapi oei.. ngaaa’, sapi...sapi...sapi...”
teriakan-teriakan seperti itu membuat kami merasa seperti rombongan Rosulullah
bersama para sahabat, Nuh as bersama pengikutnya, atau bahkan Ibrahim as
dihadapan umatnya... lucu juga sich...belum bisa berbuat apa-apa untuk agama
sudah merasa hebat. Tapi itulah perasaan kami waktu itu.
Diiringi Qosidah khas kala itu, kota santri, jilbab
putih, perdamaian dll, begitu bergairah rasanya beragama waktu itu. Khusyuk
mendengar ceramah-ceramah Kyai-Kyai tua yang sekarang sudah meninggal semua,
diwarnai perdebatan-perdebatan seru bersama teman-teman yang sebenarnya
sama-sama tidak mengerti, beda pendapat yang mengasyikkan. Tapi itu dulu....
Dari sekian virus-virus kebaikan yang coba kami
dekati, entah berapa yang bisa menjangkitai dan mengalir dialam pikiran, akal,
jiwa dan batin kami. Wallahu a’lam, paling tidak, waktu itu kami tidak sempat
ikut-ikut kegiatan-kegiatan negatif, kami tidak kenal ganja, narkoba, miras,
bahkan rokok. Alhamdulillah. Paling-paling sebagai siswa Karate Kyokushin dan
Tapak Suci ya sekali-sekali adu jotos sedikit lah dengan mereka-mereka yang
bergaya ala barat..., gak tau ya.. kenapa jadi gregetan sama anak-anak yang
mengaku dirinya anak metal-metal itu..., tapi itu dulu...
Ada satu virus baik yang cukup kuat pengaruhnya di
benak saya, ketika seorang ustad lulusan sarjana teologi dan dakwah FIAD
Surabaya menyampaikan judul kajian “OREP SOKOR NGGLONDONG (Hidup Asal
Menggelinding)” Pak Karim kami mengenalnya.
“tahukah kalian apa ini?” kata beliau. Sambil
mengangkat pena.
“Untuk apa” lanjut Beliau.
“menulis” jawab kami.
“nah... Itu kata kita yang tahu fungsi pena, bagi yang
tidak tau fungsi pena ini bisa digunakan untuk mengorek telinga, atau mencolok
mata temannya”
“sama dengan manusia, manusia yang tidak tahu siapa
dirinya, apa tujuan hidupnya dia tidak tau untuk apa dia hidup, fungsinya
hidup. Inilah orang pengangguran
dihadapan Allah (orang kafir, dzolim, pelaku maksiat dan dosa), tidak ada
nilainya, tidak ada maknanya dan dapat apa?” tanya beliau.”
“Dan orang-orang kafir
amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka
air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak
mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu
Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah
sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. An Nur:39) 56.
Adapun tujuan hidup manusia diterangkan secara
gamblang dalam Al Qur’an Surat Ad Dzariyat ayat 56:
“Dan aku tidak menciptakan
jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Kembali ke nasehat ustadz-ustadz, yang paling penting
diketahui dalam hidup ini adalah siapa kita ini, untuk apa kita dicipta, kemana
kita akan pergi, dapat apa kita nanti, kepada siapa kita menghadap? Oleh KH.
Imam Hambali Hasbi (Sepanjang asli Kediri) kemudian menyempurnakan pemahaman
tentang tujuan hidup dalam ceramahnya bertema
5W plus 1 H, yang kemudian diperjelas guru saya Almarhum KH. Muhajir
Shulton pengarang Al Barqi (Surabaya asli lamongan), dalam ceramahnya bertema
SIABIDIBA (Siapa, Apa, Bilamana, Dimana, Bagaimana).
Nah masa berjalan, waktu berganti dari jam ke hari,
hari ke minggu, minggu ke bulan, bulan ke tahun. Kini nasehat-nasehat itu berusia
18 tahun direntang waktu yang panjang itu banyak kejadian yang kemudian
menyebabkan perlunya kembali memunculkan pemahaman tersebut.
Tamirin (nama samaran) warga desa Kesimbukan, Kec.
Krembung, Kab Sidoarjo. Pria berusia 58 tahun dengan dua anak perempuan
semuanya telah berkeluarga dan memiliki rumah masing-masing atau ada yang itu
suaminya. Setelah sekian lama peras keringat banting tulang kini anak-anak yang
dulu membuatnya bermandi keringat berkuah peluh tidak pernah lagi melihatnya
yang berangsur menjadi tua, ya.. paling satu tahun sekali. Dan dalam keadaannya
yang seperti ini dia kemudian berkeluh kesah, setelah suah paya sekian lama
membesarkan anak-anak sekarang apa yang saya dapat?
Erwan, pekerja pabrik sepatu di daerah Ngoro Industri
tepatnya desa Wonosari, Kec. Ngoro, Kab. Mojokerto. Menikah dengan dikaruniani
satu anak, dulu waktu sebelum menikah ia pernah membeli sepeda dengan dengan
kredit setelah lunas dalam 4 tahun, kemudian sepeda itu dicuri orang pada saat
dibawa istrinya ikut kegiatan senam ibu-ibu muda di pendopo kelurahan. Setelah
tirakat (mengekang kebutuhan) selama empat tahun, kini sepeda saya hilang, apa
yang saya dapat selama empat tahun?
Fauzan, enam tahun pacaran menunggu calon istrinya
selesai kuliah pun ikut membantu biaya calon istrinya (seolah-olah) itu,
setelah kemudian lulus ternyata si wanita yang ia tunggu-tunggu dengan harapan
sepenuh hati dan cinta (palsu) yang setiap detik menyiksanya dalam rindu dan
cemburu kini dinikahkan (atau mungkin kemauannya sendiri) dengan laki-laki
lain, lalu dapat apa, apa yang telah saya dapat setelah pengorbanan saya selama
enam tahun?
P Wardi, pendiri yayasan yang bergerak dibidang
pendidikan, sekolah yang ia besarkan sejak tahun 1988, dengan susah payah,
siang malam bergelut dengan urusan administrasi, membangun gedung, urusan
sarana prasarana, menggaji guru, menjawab berbagai maslah dimasyarakat, kini
telah direbut oleh generasi yang layak disebut anaknya sendiri (anak
saudaranya) karena anak kakak laki-lakinya ada 4 yang mengajar disekolah yang
dia pimpin, ia kini hanya jadi penasehat yang jarang diajak ngomong. Setelah
semua ini, apa yang saya dapat?
Belum lagi bisa diceritakan bagaimana kisahnya orang
yang kehilangan, keluarga, harta, karir, atau apapun yang berhasil ia raih
selama ini ketika bencana menghabiskan semuanya. Dapat apa mereka?
Kita mungkin orang yang sedang berproses menuju
pertanyaan itu (dapat apa?), sekarang kita sedang menjadi remaja dengan segala
cita harap, pekerja yang mengangsur sepeda ke leasing, guru yang mengajar,
orang tua yang membesarkan anak, pria atau wanita yang menunggu kekasih, atau
siapapun dan menduduki posisi apapun, bisa jadi kita menuju ke titik ini “apa
yang kita dapat, lalu kita jawab sendiri, tak dapat apa-apa”. Karena yang kita
kumpulkan bisa lepas, yang kita gandeng bisa pergi, yang kita jaga bisa lenyap.
Karena itu mari kita bergeser sedikit meluruskan
kembali tujuan hidup kita, agar kita dapat sesuatu. Periksa iman kita,
keikhlasan kita, tujuan hidup kita. Jika tujuan hidup kita benar, tenanglah
karena kita diberi berita gembira.
1.
Diberi kehidupan yang baik
“Barangsiapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl:97)
2.
Diberi hak kita oleh Allah
“Dan barangsiapa mengerjakan
amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan
perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan
haknya.” (QS. Thoha:112)
3.
Diberi balasan berlipat ganda
“Dan sekali-kali bukanlah
harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun;
tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah
yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka
kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga).”
(QS. Saba’:37)
4.
Diberi Kemuliaan
“Barangsiapa yang
menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.
Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh
dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang
keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.” (QS. Fathir:10)
5.
Diberi Keuasaan
“Dan Allah telah berjanji
kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang
saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk
mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir
sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur:55)
6.
Diberi Karunia
Adapun orang-orang yang beriman
dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan
menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan
dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang
pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan
penolong selain dari pada Allah. (QS. An Nisa’:73)
Jadi dengan
memeriksa tujuan hidup kita, meluruskan tujuan hidup kita hanya semata-mata
untuk Allah, semua yang kita inginkan kita dapat, dapat dunia juga dapat
akhirat. Tulisan ini muncul disaat ada waktu luang saat mengajar anak-anak
kecil di sekolah swasta di Kec. Gedeg. Namun saya juga jadi kurang ngerti
kenapa saya menulis tema dengan ulasan seperti ini, pada tadi rencananya tidak
begini, tapi sudahlah... semoga tetap bermanfaat.
Khoiri, Gedeg, Mojokerto (0321-6104517)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar