Selasa, 24 Januari 2012

Hidup Tanpa Tujuan Hidup, Dapat apa?

Hidup Tanpa Tujuan Hidup, Dapat Apa?
Masih kelas dua SMA di tahun 1994, aktif mengaji dimana-mana, dari ngaji dikampung, mushollah, masjid, dari kampung ke kampung berombongan naik truk bersama teman-teman sebaya yang punya semangat yang sama, sangat menyenangkan dan bila sekarang memori itu dibuka kembali rindu rasanya mengulang moment-moment seperti itu. Walaupun kadang diteriaki anggota geng yang menjamur dikala itu...”woeh sapi oei.. ngaaa’, sapi...sapi...sapi...” teriakan-teriakan seperti itu membuat kami merasa seperti rombongan Rosulullah bersama para sahabat, Nuh as bersama pengikutnya, atau bahkan Ibrahim as dihadapan umatnya... lucu juga sich...belum bisa berbuat apa-apa untuk agama sudah merasa hebat. Tapi itulah perasaan kami waktu itu.
Diiringi Qosidah khas kala itu, kota santri, jilbab putih, perdamaian dll, begitu bergairah rasanya beragama waktu itu. Khusyuk mendengar ceramah-ceramah Kyai-Kyai tua yang sekarang sudah meninggal semua, diwarnai perdebatan-perdebatan seru bersama teman-teman yang sebenarnya sama-sama tidak mengerti, beda pendapat yang mengasyikkan. Tapi itu dulu....
Dari sekian virus-virus kebaikan yang coba kami dekati, entah berapa yang bisa menjangkitai dan mengalir dialam pikiran, akal, jiwa dan batin kami. Wallahu a’lam, paling tidak, waktu itu kami tidak sempat ikut-ikut kegiatan-kegiatan negatif, kami tidak kenal ganja, narkoba, miras, bahkan rokok. Alhamdulillah. Paling-paling sebagai siswa Karate Kyokushin dan Tapak Suci ya sekali-sekali adu jotos sedikit lah dengan mereka-mereka yang bergaya ala barat..., gak tau ya.. kenapa jadi gregetan sama anak-anak yang mengaku dirinya anak metal-metal itu..., tapi itu dulu...
Ada satu virus baik yang cukup kuat pengaruhnya di benak saya, ketika seorang ustad lulusan sarjana teologi dan dakwah FIAD Surabaya menyampaikan judul kajian “OREP SOKOR NGGLONDONG (Hidup Asal Menggelinding)” Pak Karim kami mengenalnya.
“tahukah kalian apa ini?” kata beliau. Sambil mengangkat pena.
“Untuk apa” lanjut Beliau.
“menulis” jawab kami.
“nah... Itu kata kita yang tahu fungsi pena, bagi yang tidak tau fungsi pena ini bisa digunakan untuk mengorek telinga, atau mencolok mata temannya”
“sama dengan manusia, manusia yang tidak tahu siapa dirinya, apa tujuan hidupnya dia tidak tau untuk apa dia hidup, fungsinya hidup.  Inilah orang pengangguran dihadapan Allah (orang kafir, dzolim, pelaku maksiat dan dosa), tidak ada nilainya, tidak ada maknanya dan dapat apa?” tanya beliau.”
“Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. An Nur:39) 56.
Adapun tujuan hidup manusia diterangkan secara gamblang dalam Al Qur’an Surat Ad Dzariyat ayat 56:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Kembali ke nasehat ustadz-ustadz, yang paling penting diketahui dalam hidup ini adalah siapa kita ini, untuk apa kita dicipta, kemana kita akan pergi, dapat apa kita nanti, kepada siapa kita menghadap? Oleh KH. Imam Hambali Hasbi (Sepanjang asli Kediri) kemudian menyempurnakan pemahaman tentang tujuan hidup dalam ceramahnya bertema  5W plus 1 H, yang kemudian diperjelas guru saya Almarhum KH. Muhajir Shulton pengarang Al Barqi (Surabaya asli lamongan), dalam ceramahnya bertema SIABIDIBA (Siapa, Apa, Bilamana, Dimana, Bagaimana).
Nah masa berjalan, waktu berganti dari jam ke hari, hari ke minggu, minggu ke bulan, bulan ke tahun. Kini nasehat-nasehat itu berusia 18 tahun direntang waktu yang panjang itu banyak kejadian yang kemudian menyebabkan perlunya kembali memunculkan pemahaman tersebut.
Tamirin (nama samaran) warga desa Kesimbukan, Kec. Krembung, Kab Sidoarjo. Pria berusia 58 tahun dengan dua anak perempuan semuanya telah berkeluarga dan memiliki rumah masing-masing atau ada yang itu suaminya. Setelah sekian lama peras keringat banting tulang kini anak-anak yang dulu membuatnya bermandi keringat berkuah peluh tidak pernah lagi melihatnya yang berangsur menjadi tua, ya.. paling satu tahun sekali. Dan dalam keadaannya yang seperti ini dia kemudian berkeluh kesah, setelah suah paya sekian lama membesarkan anak-anak sekarang apa yang saya dapat?
Erwan, pekerja pabrik sepatu di daerah Ngoro Industri tepatnya desa Wonosari, Kec. Ngoro, Kab. Mojokerto. Menikah dengan dikaruniani satu anak, dulu waktu sebelum menikah ia pernah membeli sepeda dengan dengan kredit setelah lunas dalam 4 tahun, kemudian sepeda itu dicuri orang pada saat dibawa istrinya ikut kegiatan senam ibu-ibu muda di pendopo kelurahan. Setelah tirakat (mengekang kebutuhan) selama empat tahun, kini sepeda saya hilang, apa yang saya dapat selama empat tahun?
Fauzan, enam tahun pacaran menunggu calon istrinya selesai kuliah pun ikut membantu biaya calon istrinya (seolah-olah) itu, setelah kemudian lulus ternyata si wanita yang ia tunggu-tunggu dengan harapan sepenuh hati dan cinta (palsu) yang setiap detik menyiksanya dalam rindu dan cemburu kini dinikahkan (atau mungkin kemauannya sendiri) dengan laki-laki lain, lalu dapat apa, apa yang telah saya dapat setelah pengorbanan saya selama enam tahun?
P Wardi, pendiri yayasan yang bergerak dibidang pendidikan, sekolah yang ia besarkan sejak tahun 1988, dengan susah payah, siang malam bergelut dengan urusan administrasi, membangun gedung, urusan sarana prasarana, menggaji guru, menjawab berbagai maslah dimasyarakat, kini telah direbut oleh generasi yang layak disebut anaknya sendiri (anak saudaranya) karena anak kakak laki-lakinya ada 4 yang mengajar disekolah yang dia pimpin, ia kini hanya jadi penasehat yang jarang diajak ngomong. Setelah semua ini, apa yang saya dapat?
Belum lagi bisa diceritakan bagaimana kisahnya orang yang kehilangan, keluarga, harta, karir, atau apapun yang berhasil ia raih selama ini ketika bencana menghabiskan semuanya. Dapat apa mereka?
Kita mungkin orang yang sedang berproses menuju pertanyaan itu (dapat apa?), sekarang kita sedang menjadi remaja dengan segala cita harap, pekerja yang mengangsur sepeda ke leasing, guru yang mengajar, orang tua yang membesarkan anak, pria atau wanita yang menunggu kekasih, atau siapapun dan menduduki posisi apapun, bisa jadi kita menuju ke titik ini “apa yang kita dapat, lalu kita jawab sendiri, tak dapat apa-apa”. Karena yang kita kumpulkan bisa lepas, yang kita gandeng bisa pergi, yang kita jaga bisa lenyap.
Karena itu mari kita bergeser sedikit meluruskan kembali tujuan hidup kita, agar kita dapat sesuatu. Periksa iman kita, keikhlasan kita, tujuan hidup kita. Jika tujuan hidup kita benar, tenanglah karena kita diberi berita gembira.
1.       Diberi kehidupan yang baik
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An Nahl:97)
2.       Diberi hak kita oleh Allah
“Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya.” (QS. Thoha:112)
3.       Diberi balasan berlipat ganda
“Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam syurga).” (QS. Saba’:37)

4.       Diberi Kemuliaan
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.” (QS. Fathir:10)
5.       Diberi Keuasaan
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”  (QS. An Nuur:55)
6.       Diberi Karunia
Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal saleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebagian dari karunia-Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari pada Allah. (QS. An Nisa’:73)
Jadi  dengan memeriksa tujuan hidup kita, meluruskan tujuan hidup kita hanya semata-mata untuk Allah, semua yang kita inginkan kita dapat, dapat dunia juga dapat akhirat. Tulisan ini muncul disaat ada waktu luang saat mengajar anak-anak kecil di sekolah swasta di Kec. Gedeg. Namun saya juga jadi kurang ngerti kenapa saya menulis tema dengan ulasan seperti ini, pada tadi rencananya tidak begini, tapi sudahlah... semoga tetap bermanfaat.
Khoiri, Gedeg, Mojokerto (0321-6104517)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar